Kredo

Buah pikiran lahir dari keresahan dan berangkat dari kegelisahan. Buah pikiran yang diperam terlalu lama di dalam kepala hanya akan memunculkan keresahan dan kegelisahan baru, begitu berulang-ulang sampai menemukan wadah yang menampungnya. Karya, apa pun bentuknya--tulisan, gambar, patung, musik, tari, bahkan pakaian dan bangunan--adalah satu dari sekian wadah untuk menampung buah pikiran.

Setidaknya itu yang saya percaya.

Saya adalah seorang yang senantiasa resah dan gelisah. Kadang saya tahu apa yang saya resahkan, tapi seringkali justru saya tidak tahu sama sekali apa dan mengapa resah datang begitu saja tanpa panggilan. Kadang saya mengerti mengapa resah perlu ada, namun seringkali justru tidak.

Banyak orang sulit tidur ketika resah, saya sebaliknya sangat mudah jatuh tidur. Saya percaya jawaban keresahan muncul di sela-sela mimpi. Saya tidak mencari jawab jauh ke seberang pulau, ke kedalaman hutan, maupun ke keluasan lautan. Saya mencarinya ke dalam relung logika dan rasa.

Ketika saya merasa telah berhasil bercakap-cakap dengan diri saya sendiri ketika sedang berada di alam mimpi, dan secara beruntung dapat membawa serta hasil percakapan itu ke dalam kesadaran--dan kenyataan--saya menuangkannya ke tempat ini.

Maka inilah buah pikiran saya.

Sebagian besar adalah penggalan kata yang harus saya ingat dengan keras, sebagian lagi adalah yang mampu saya rangkum dengan utuh. Dan dengan kesadaran bahwa karya yang matang membutuhkan waktu, maka saya membiarkan kata-kata ini berserakan sebagaimana adanya, hingga saya merasa memiliki waktu yang cukup untuk menghadirkannya kembali dalam rupa yang lain, yang mungkin akan lebih baik.