20200117

Di sebuah masa, aku sempat mengenal seorang gadis. Ia haus duka, dan senantiasa resah di setiap pagi dirinya membuka mata. Aku kerap berpapasan dengannya ketika kami sama-sama sedang berjalan-jalan tanpa tujuan di sebuah taman di perbatasan mimpi dan khayalan.

Dari mana kutahu dia tak punya tujuan? Sebab langkah kakinya begitu lambat seolah-olah sedang mengajak waktu untuk lebih bersahabat. Dan matanya lelah, begitu lelah. Juga bingung.

Gadis itu haus duka, sungguh. Tapi tak pernah ia menangisi dukanya. Yang kutahu, ia menyerap betul duka yang ia dapatkan.

Ia bahagia ketika berduka dan berduka ketika bahagia. Sukacita terlalu melelahkan baginya.