Untuk AN
Saya tidak bisa tidur.
Ada banyak pertanyaan berkecamuk
Sebenarnya ini biasa terjadi,
sehari-hari juga seperti ini.
Tapi denganmu baru kali ini
dan saya ingin mencoba menikmati
Pertanyaan-pertanyaan bodoh yang saya tahu akan membuat kamu lelah pada saya di kemudian hari.
Kadang pertanyaan itu tak jelas apa, kadang pula sedemikian jelas seperti sekarang:
Apakah kita bahagia terlalu cepat?
Salahkah jika terburu-buru merasa bahagia?
Untuk apa merasa bahagia?
Haruskah saya merasa bahagia?
Sampai kapan saya boleh bahagia?
Apakah kamu bahagia?
Apakah bahagia bisa berkhianat?
Mengapa saya sering merasa curiga pada bahagia?
Padahal saya sering mengingatkanmu supaya jangan lupa bahagia.
Mungkin sesungguhnya saya sedang mengingatkan diri sendiri agar demikian.
Malam masih cukup panjang untuk dihabiskan sendirian.
Saya ingin tidur diiringi usapan tangan di punggung yang kamu berikan ketika saya tumbang oleh bergelas-gelas tawa.
Malam ini tak ada siapa-siapa,
saya menyendiri di kamar gelap.
Masih asyik berkutat dengan rekaman--jika saya tak berani menyebutnya sebagai kenangan--keriaan pagi di taman.
Kapan-kapan saya ingin naik sepeda berdua
Atau jalan kaki berkeliling kota
Menukar waktu yang sebentar dengan cerita kekal.