20150608

Bahasa Indonesia Naik Daun Lagi

Situasi kebahasaan di Indonesia berkembang begitu menakjubkan. Perkembangan ini secara kasat mata dapat dilihat akhir-akhir ini. Semenjak internet mulai merambah sampai ke pelosok Indonesia dan akun jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter dimiliki hampir semua orang, kita dapat melihat suatu fenomena bahasa yang berkembang dan berubah-ubah. Perkembangan ini ada yang ke arah positif, ada pula yang negatif. Namun dalam tulisan ini, saya akan membahas fenomena kebahasaan yang terjadi di sebuah jejaring sosial bernama Twitter, terutama yang berkembang sejak tahun 2010.
Bahasa Indonesia naik daun lagi. Ya, saya bisa katakan bahwa bahasa Indonesia, yang baik dan benar khususnya, sedang naik daun lagi, terutama sejak Twitter dan smartphone semakin populer dimiliki dan digunakan oleh masyarakat. Keduanya—Twitter dan smartphone—memfasilitasi kita untuk berkata-kata, dan karena Twitter adalah sebuah jejaring sosial, terjadilah interaksi antar pengguna akun di dalamnya.
Secara singkat kita dapat menyimpulkan bahwa Twitter mulai merambah ke Indonesia sekitar tahun 2008 dan mulai menjadi tren di tahun 2009 hingga sekarang. Di tahun ini, muncul akun-akun berbahasa Indonesia yang isi tweet-nya puitis, sastrais, dan bermain-main dengan bahasa. Sebut saja @fiksimini, @hurufkecil, @anjinggombal, dan masih banyak lagi. Penyair, sastrawan, dan ahli bahasa pun banyak yang memutuskan untuk membuat akun Twitter. Konsep dari Twitter ini sangat sederhana, yakni berkata-kata singkat dalam 140 karakter. Semacam mini blog yang dapat diisi sesukanya oleh pemilik akun. Untuk membuatnya pun, penggunanya tidak dikenakan biaya. Itu sebabnya, Twitter menjadi sangat mudah dimiliki dan digunakan oleh banyak orang. Berangkat dari konsep berkata-kata singkat inilah, akun-akun yang “mengangkat” kembali bahasa Indonesia ini berkembang.
Entah sejak kapan, mungkin sekitar pertengahan tahun 2010, saya menangkap kesan bahwa semakin banyak akun Twitter yang isinya semakin “berpuisi” dan kaidah tata bahasanya semakin baik, walaupun tema yang diangkat tidak jauh dari cinta-cintaan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika masyarakat menggunakan jejaring sosial lain, kaidah tata bahasa bahasa Indonesia sempat menjadi kacau dan berantakan. Saya tidak bermaksud mempromosikan bahwa Twitter begini begitu dibandingkan dengan jejaring sosial lain, tetapi ingin membahas fenomena kebahasaan yang terjadi di dalamnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa selain akun-akun yang isinya berbahasa Indonesia yang baik, banyak pula akun-akun yang tetap menggunakan bahasa lisan yang dituliskan—tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya di Indonesia. Pertanyaannya, mengapa justru Twitter yang membuat bahasa Indonesia yang baik dan benar bisa naik daun lagi?
Memang ini hanya sekadar opini dan kesan terhadap suatu hal yang kasat mata. Diperlukan suatu penelitian atau kajian ilmiah yang mendalam untuk membuktikan opini saya ini. Namun ada tiga hal yang menurut saya menjadikan Twitter mampu membuat bahasa Indonesia naik daun lagi.
Yang pertama adalah konsep Twitter yang ringkas dan sederhana. Berkata-kata dalam 140 karakter cenderung membuat kita akan menulis singkat dengan pola S-P-O-K. Bahkan seringkali ditemui pula bentuk-bentuk kalimat yang hanya berpola S-P. Pemilik akun secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dituntut untuk membuat kalimat efisien supaya pemikiran mereka tersampaikan hanya dalam 140 karakter. Hal inilah yang tidak ditemukan dalam jejaring sosial lain yang membebaskan penggunanya untuk menulis kata sebanyak-banyaknya. Kalimat pun cenderung bertele-tele, tidak efisien, dan sulit dimengerti maksudnya. Kecenderungan yang terjadi di Twitter ini merupakan hal yang patut diapresiasi mengingat sebelumnya kalimat-kalimat yang muncul di jejaring sosial cenderung kacau balau.
Yang kedua adalah munculnya akun-akun seperti @fiksimini, @anjinggombal, dan lain sebagainya yang menebarkan pesona bahasa Indonesia. Akun-akun penyair dan sastrawan seperti @hurufkecil, @agus_noor, @jokopinurbo, @1srengenge, dan lainnya pun ikut merambah. Akun-akun seperti ini, terlepas dari nama besar mereka, memiliki isi yang berbobot. Isi yang puitis dan manis ini ditunjang dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dari sinilah timbul kesadaran bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menimbulkan suasana apik tersendiri dan nyaman untuk dibaca dibandingkan dengan menggunakan bahasa “gaul”. Dengan demikian, semakin maraklah akun-akun Twitter yang isinya menuju puitis dan sedikit demi sedikit mulai memperbaiki tata bahasa. Kesadaran inilah yang menunjukkan perkembangan bahasa Indonesia ke arah yang positif.
Dalam Twitter, terdapat istilah following dan follower. Following adalah akun lain yang kita ikuti supaya terbaca otomatis dari akun kita, sedangkan follower adalah akun lain yang mengikuti akun kita. Biasanya, semakin berbobot tweet kita, semakin banyaklah follower yang mengikuti akun kita. Inilah penyebab dari hal ketiga yang ingin saya katakan: tren dan “status sosial”. Semakin banyak follower suatu akun, kita dapat menyimpulkan bahwa akun tersebut adalah milik seorang selebriti. Selebriti yang dimaksud dalam fenomena yang terjadi di Twitter belakangan ini bukanlah sekadar orang yang tenar karena dia artis atau semacamnya. Terkadang ada pula orang biasa yang memiliki follower banyak karena tweet-nya bagus. Bisa juga karena ia gaul di dalam suatu jaringan pertemanan. Akun ini disebut Seleb Twit. Semakin banyak follower, semakin gaullah ia. Para seleb twit ini memiliki akun yang kebanyakan isinya saya sebutkan pada paragraf sebelumnya: menuju puitis dan sedikit demi sedikit mulai memperbaiki tata bahasa. Biasanya tema tweet-nya adalah kegalauan dan “cinta-cintaan”; Hal-hal klise. Namun, hal-hal seperti ini justru mengundang follower banyak untuk akun mereka. Bagaimana pun juga, walau sekadar tren dan untuk meningkatkan status sosial, kita perlu menilai bahwa hal ini baik untuk perkembangan bahasa Indonesia. Kecenderungan menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah menjadi semakin besar.

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang kaya dan, entah mengapa menurut saya sangat rakus dan haus, karena selalu ingin diperkaya. Perkembangan yang terjadi dalam bahasa Indonesia selalu terjadi dengan pesat dan kita hanya bisa takjub sambil terseret masuk ke dalamnya. Rasanya tidak mengapa bila kita katakan bahwa bahasa Indonesia sedang naik daun. Mungkin karena banyak yang baru sadar bahwa kadang-kadang bahasa Indonesia lebih keren daripada yang keminggris.


Esai ini dibuat untuk memenuhi tugas di kelas Penyuntingan
November 2012