Situasi
kebahasaan di Indonesia berkembang begitu menakjubkan. Perkembangan ini secara
kasat mata dapat dilihat akhir-akhir ini. Semenjak internet mulai merambah
sampai ke pelosok Indonesia dan akun jejaring sosial seperti Facebook dan
Twitter dimiliki hampir semua orang, kita dapat melihat suatu fenomena bahasa
yang berkembang dan berubah-ubah. Perkembangan ini ada yang ke arah positif,
ada pula yang negatif. Namun dalam tulisan ini, saya akan membahas fenomena
kebahasaan yang terjadi di sebuah jejaring sosial bernama Twitter, terutama
yang berkembang sejak tahun 2010.
Bahasa Indonesia
naik daun lagi. Ya, saya bisa katakan bahwa bahasa Indonesia, yang baik dan
benar khususnya, sedang naik daun lagi, terutama sejak Twitter dan smartphone semakin populer dimiliki dan
digunakan oleh masyarakat. Keduanya—Twitter dan smartphone—memfasilitasi kita untuk berkata-kata, dan karena
Twitter adalah sebuah jejaring sosial, terjadilah interaksi antar pengguna akun
di dalamnya.
Secara singkat
kita dapat menyimpulkan bahwa Twitter mulai merambah ke Indonesia sekitar tahun
2008 dan mulai menjadi tren di tahun 2009 hingga sekarang. Di tahun ini, muncul
akun-akun berbahasa Indonesia yang isi tweet-nya
puitis, sastrais, dan bermain-main dengan bahasa. Sebut saja @fiksimini, @hurufkecil,
@anjinggombal, dan masih banyak lagi. Penyair, sastrawan, dan ahli bahasa pun
banyak yang memutuskan untuk membuat akun Twitter. Konsep dari Twitter ini
sangat sederhana, yakni berkata-kata singkat dalam 140 karakter. Semacam mini blog yang dapat diisi sesukanya
oleh pemilik akun. Untuk membuatnya pun, penggunanya tidak dikenakan biaya. Itu
sebabnya, Twitter menjadi sangat mudah dimiliki dan digunakan oleh banyak
orang. Berangkat dari konsep berkata-kata singkat inilah, akun-akun yang
“mengangkat” kembali bahasa Indonesia ini berkembang.
Entah sejak
kapan, mungkin sekitar pertengahan tahun 2010, saya menangkap kesan bahwa semakin
banyak akun Twitter yang isinya semakin “berpuisi” dan kaidah tata bahasanya
semakin baik, walaupun tema yang diangkat tidak jauh dari cinta-cintaan.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya ketika masyarakat menggunakan jejaring
sosial lain, kaidah tata bahasa bahasa Indonesia sempat menjadi kacau dan
berantakan. Saya tidak bermaksud mempromosikan bahwa Twitter begini begitu dibandingkan
dengan jejaring sosial lain, tetapi ingin membahas fenomena kebahasaan yang
terjadi di dalamnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa selain akun-akun yang isinya
berbahasa Indonesia yang baik, banyak pula akun-akun yang tetap menggunakan
bahasa lisan yang dituliskan—tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sebelumnya
di Indonesia. Pertanyaannya, mengapa justru Twitter yang membuat bahasa
Indonesia yang baik dan benar bisa naik daun lagi?
Memang ini hanya
sekadar opini dan kesan terhadap suatu hal yang kasat mata. Diperlukan suatu
penelitian atau kajian ilmiah yang mendalam untuk membuktikan opini saya ini. Namun
ada tiga hal yang menurut saya menjadikan Twitter mampu membuat bahasa
Indonesia naik daun lagi.
Yang pertama
adalah konsep Twitter yang ringkas dan sederhana. Berkata-kata dalam 140
karakter cenderung membuat kita akan menulis singkat dengan pola S-P-O-K.
Bahkan seringkali ditemui pula bentuk-bentuk kalimat yang hanya berpola S-P. Pemilik
akun secara langsung atau tidak langsung, sadar atau tidak sadar, dituntut
untuk membuat kalimat efisien supaya pemikiran mereka tersampaikan hanya dalam
140 karakter. Hal inilah yang tidak ditemukan dalam jejaring sosial lain yang
membebaskan penggunanya untuk menulis kata sebanyak-banyaknya. Kalimat pun
cenderung bertele-tele, tidak efisien, dan sulit dimengerti maksudnya. Kecenderungan
yang terjadi di Twitter ini merupakan hal yang patut diapresiasi mengingat
sebelumnya kalimat-kalimat yang muncul di jejaring sosial cenderung kacau
balau.
Yang kedua
adalah munculnya akun-akun seperti @fiksimini, @anjinggombal, dan lain sebagainya
yang menebarkan pesona bahasa Indonesia. Akun-akun penyair dan sastrawan
seperti @hurufkecil, @agus_noor, @jokopinurbo, @1srengenge, dan lainnya pun
ikut merambah. Akun-akun seperti ini, terlepas dari nama besar mereka, memiliki
isi yang berbobot. Isi yang puitis dan manis ini ditunjang dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dari sinilah timbul kesadaran bahwa
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menimbulkan suasana apik
tersendiri dan nyaman untuk dibaca dibandingkan dengan menggunakan bahasa
“gaul”. Dengan demikian, semakin maraklah akun-akun Twitter yang isinya menuju
puitis dan sedikit demi sedikit mulai memperbaiki tata bahasa. Kesadaran inilah
yang menunjukkan perkembangan bahasa Indonesia ke arah yang positif.
Dalam Twitter,
terdapat istilah following dan follower. Following adalah akun lain yang kita ikuti supaya terbaca otomatis
dari akun kita, sedangkan follower
adalah akun lain yang mengikuti akun kita. Biasanya, semakin berbobot tweet kita, semakin banyaklah follower yang mengikuti akun kita. Inilah
penyebab dari hal ketiga yang ingin saya katakan: tren dan “status sosial”.
Semakin banyak follower suatu akun,
kita dapat menyimpulkan bahwa akun tersebut adalah milik seorang selebriti. Selebriti
yang dimaksud dalam fenomena yang terjadi di Twitter belakangan ini bukanlah
sekadar orang yang tenar karena dia artis atau semacamnya. Terkadang ada pula
orang biasa yang memiliki follower banyak
karena tweet-nya bagus. Bisa juga
karena ia gaul di dalam suatu jaringan pertemanan. Akun ini disebut Seleb Twit.
Semakin banyak follower, semakin
gaullah ia. Para seleb twit ini memiliki akun yang kebanyakan isinya saya
sebutkan pada paragraf sebelumnya: menuju puitis dan sedikit demi sedikit mulai
memperbaiki tata bahasa. Biasanya tema tweet-nya
adalah kegalauan dan “cinta-cintaan”; Hal-hal klise. Namun, hal-hal seperti ini
justru mengundang follower banyak
untuk akun mereka. Bagaimana pun juga, walau sekadar tren dan untuk
meningkatkan status sosial, kita perlu menilai bahwa hal ini baik untuk
perkembangan bahasa Indonesia. Kecenderungan menggunakan bahasa Indonesia yang
sesuai kaidah menjadi semakin besar.
Bahasa Indonesia
adalah bahasa yang kaya dan, entah mengapa menurut saya sangat rakus dan haus,
karena selalu ingin diperkaya. Perkembangan yang terjadi dalam bahasa Indonesia
selalu terjadi dengan pesat dan kita hanya bisa takjub sambil terseret masuk ke
dalamnya. Rasanya tidak mengapa bila kita katakan bahwa bahasa Indonesia sedang
naik daun. Mungkin karena banyak yang baru sadar bahwa kadang-kadang bahasa
Indonesia lebih keren daripada yang keminggris.
Esai ini dibuat untuk memenuhi tugas di kelas Penyuntingan
November 2012