menunggu Sita di hutan cemara.
Selalu begitu kisahnya.
Suatu hari,
berujarlah ia pada Sita
"Pulanglah ke Ayodya,
kembalilah kepada Rama
kekasihmu yang sejati."
Jawab Sita kepada Rahwana,
"Mimpi-mimpiku tentang Rama telah usang,
Raksasa Merah.
Ayodya telah layu dalam pikiranku."
Namun Rahwana yang lama mengeras
hatinya tak percaya Sita telah jatuh cinta.
Maka menyendirilah ia
terbang pulang.
Di hutan cemara, jauh dari keangkuhan Alengka,
ia menumpahkan jiwanya
meraung-raung menghabisi bayang-bayang Sita.
Rahwana hanya tidak mau percaya.
Sita terlunta.
Hatinya luka.
Bagaimana mungkin kini dirinya tak bisa lagi
membayangkan Rama
Namun sejatinya takdir telah menggariskan
Sita hanya kepada Rama.