Saya tidak kenal bapakmu.
Bahkan hingga dia pergi pun, saya tidak tahu.
Maaf.
Tidak ada yang memberi tahu.
Saya hanya membaca pesan yang kamu tulis.
Bukan kepada saya, tapi kepada bapakmu.
Makanya saya bisa tahu.
Lalu saya merasa ikut berduka.
Sebab saya juga pernah merasakan kehilangan yang sama.
Kehilangan yang sanggup menggalikan lubang di hati saya.
Yang menyisakan duka dan luka.
Mungkin kamu juga sama.
Bahkan lebih.
Sebab kamu begitu meraung, sepi.
Rindumu yang tak tersampaikan itu berujung pilu.
Saya tahu kamu mulai mempertanyakan keadilan Tuhan.
Saya juga begitu.
Kamu merasa hidup melantakkanmu hingga luluh.
Saya juga begitu.
Saya bercermin pada kamu.
Sebab kalau boleh, saya juga ingin menyiapkan tempat terbaik
agar dia tidak benar tiada.
Agar saya ada sampai saatnya dia.
Kamu juga begitu.
Saya bikin ini untuk kamu.
Entah kamu baca atau tidak saya tak tahu, tak minta.
Saya bercermin pada kamu.
Saya yang merasa ikut berduka.
Sebab saya juga pernah merasakan kehilangan yang sama.